Hampir dua dekade lalu, seorang jurnalis yang juga sarjana di bidang hukum, Andrew Shapiro, meramalkan masa depan dunia di era internet. Dalam buku berjudul The Control Revolution (1999), ia mendeskripsikan dua situasi masa depan yang mungkin terjadi. Pertama, kebebasan individu yang meningkat, karena internet memberi kita kendali lebih besar atas kehidupan kita. Kedua, adalah situasi sebaliknya, kelahiran kembali teknologi kontrol, yang merupakan respons atas kebebasan individual. Institusi-institusi seperti negara dan korporasi akan belajar dari situasi tersebut dan membangun kembali kontrol mereka.
Jagongan Media Rakyat 2018
Kemajuan teknologi informasi adalah niscaya. Deretan inovasi telah membawa perubahan besar yang turut memengaruhi kebiasaaan masyarakat. Mulai dari cara berkomunikasi hingga cara bertransaksi atau konsumsi. Dan semua itu dimediasi oleh internet. Jika dulu ada adagium yang mengatakan, “siapa yang menguasai media maka ia akan menguasai dunia”, kini, jika kita sepakat bahwa internet adalah media maka, “siapa yang menguasai internet ia yang akan menguasai dunia.” Internet menjadi ruang pertemuan berbagai ide, positif maupun negatif. Dari berita hoax yang melahirkan era pascakebenaran (post-truth) hingga financial technology (fintech). Semua berbaur di satu dunia bernama internet. Artinya, internet tidak hanya menciptakan peluang-peluang baru, melainkan juga tantangannya yang beragam. Tantangan inilah yang kemudian harus dijawab oleh kelompok masyarakat sipil.
Tantangan tersebut direspons dengan beragam terobosan. Media komunitas dengan berbagai platform yang menemani proses literasi warga; penciptaan teknologi tepat guna, baik digital maupun non-digital yang membantu warga untuk berdaya, berjejaring dan membangun solidaritas; inovasi hukum yang memungkinkan warga mendapatkan akses sumber daya lebih luas; dan gerakan-gerakan yang dimotori oleh warga dalam rangka merebut kembali hak yang terabaikan atau terampas. Ini adalah bentuk konkret dari gerakan warga berdaya, atau kami menyebutnya, “Gaya Warga Berdaya”. Itulah tema besar Jagongan Media Rakyat (JMR) tahun ini.
Inisiatif-inisiatif inovatif dan kreatif tidak muncul tiba-tiba dari ruang hampa. Prakarsa-prakarsa warga yang berdaya akan lahir dari keguyuban ruang bersama. Ruang bersama (common space) mengandung perwujudan hidup komunitas warga yang dinilai lebih terbuka daripada yang terjadi di ruang publik (public space) yang formal dan kaku. Interaksi aktif dan kreatif secara kolektif di ruang bersama inilah yang menghidupkan sebuah ruang, desa maupun kota. Konsekuensinya, segala perencanaan dan perubahan yang akan dilakukan di ruang-ruang itu adalah kesepakatan bersama. Warga akan mendudukkan perannya untuk terlibat aktif dalam menentukan arah pengelolaan dan pengembangan ruang hidupnya. Alih-alih terjebak dalam privatisasi dan komersialisasi, warga yang berdaya akan lebih menguatkan kapasitas diri untuk mengelola sumber daya yang ada ke arah konservasi (pelestarian). Ruang hidup yang lestari adalah salah satu tujuan dari lahirnya keberdayaan warga, sehingga mampu menjamin kelestarian aset/sumber dayanya yang terkelola secara adil dan tepat guna.
Berdaya adalah memberi kekuatan atau tenaga agar tampil lebih mandiri. Lalu, bagaimana strategi untuk melahirkan lebih banyak komunitas warga yang berdaya? Pemberdayaan harus didudukan untuk membahas bagaimana individu, kelompok, maupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Strategi yang dijalankan tidak bisa dengan melakukan penyeragaman. Dalam pemberdayaan akan diberikan ruang pengembangan keberagaman kemampuan manusia yang beragam, dengan asumsi satu sama lain akan saling melengkapi. Keberdayaan suatu komunitas warga dapat dinilai berhasil jika memenuhi sejumlah faktor, antara lain meliputi akses terhadap sumber daya yang diperlukan untuk pengembangan diri, partisipasi dalam pengembangan sumber daya tersebut, kontrol atas proses pengelolaan sumber daya yang ada, dan kesetaraan kedudukan dalam pemecahan masalah ketika terjadi konflik.
“Gaya Warga Berdaya” akan tampil dan dikupas dalam empat ruang berdasarkan kategori pembahasan yang didesain dalam bentuk “kampung”. Ke empat kampung itu antara lain, Kampung Tekno, Kampung Media, Kampung Pangan, dan Kampung Keadilan. Di sanalah inisiatif-inisiatif komunitas diharapkan akan bertemu, saling berbagi dan menginspirasi. Lebih jauh diharapkan akan tercipta jejaring baru yang mampu melahirkan inisiatif-inisiatif bernas guna menghadapi tantangan zaman.
Pada 2018 ini, JMR diselenggarakan untuk yang ke lima kalinya. Kegiatan ini pertama kali diselenggarakan pada 2010 dan kemudian menjadi kegiatan rutin dua tahunan. Sejak awal, JMR memang dirancang sebagai ruang untuk mempertemukan kelompok-kelompok masyarakat yang secara umum memerjuangkan kepentingan komunitas, maupun secara khusus bergelut di bidang tata kelola informasi—termasuk di dalamnya media komunitas.
JMR diharapkan bisa menjadi tempat mengartikulasikan aspirasi yang berujung pada gerakan bersama untuk mendorong perbaikan di sektor media dan tata kelola informasi yang lebih berpihak kepada rakyat.
Lebih Lanjut Tentang JMR bisa dilihat pada :
Facebook : Kita Warga Berdaya
twitter : @CombineRI
IG : @combine_ri
Reservasi : Jagongan Media Rakyat 2018
Sumber : Web JMR 2018