Sebagai tindak lanjut dari kegiatan program Rintisan Desa Inklusi (RINDI), kolaborasi Combine Combine Resource Institution (CRI) dan Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB), Minggu II Februari 2016 akan diisi dengan proses assessment desa dan pembentukan tim SID. Tahap ini akan menjadi langkah persiapan sebelum melakukan pelatihan dasar pembangunan dan penerapan Sistem Informasi Desa (SID) yang akan dilakukan pada Minggu IV Feb
ruari 2016. Peneraan kapasitas dan kesiapan desa, yang mencakup pemerintah desa dan lembaga masyarakat setempat, untuk menuju tahap pembanguna SID harus dipastikan sejak awal. Tahap ini akan menentukan apakah dalam proses berikutnya, penerapan SID akan bisa berjalan lancar atau tidak, dengan adanya kesiapan, baik dari sisi teknis penguasaan teknologi informasi maupun kebijakan desa.
Kegiatan assessment ini akan merujuk dari hasil workshop sosialisasi program yang telah dilakukan pada bulan Januari 2016 lalu di Kulon Progo dan di Sleman. Melalui assessment ini diharapkan akan tergambarkan situasi rinci dari kapasitas dan kesiapan setiap desa, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan demikian, diharapkan tim fasilitator program kemudian bisa mempersiapkan pula strategi dan metode pendampingan program yang disesuaikan dengan situasi di masing-masing desa. Kapasitas dan kesiapan desa ini menjadi faktor penentu lancar tidaknya proses pembangunan dan penerapan SID ke depan.
Catatan dari Lapangan
Pemetaan Kapasitas dan Pembentukan Tim SID
Program Rintisan Desa Inklusi (#RINDI) kolaborasi antara Combine Resource Institution bersama Sigab Yogyakarta dengan salah satu kegiatan penerapan #SIDdi Kulonprogo. Penerapan #SID tersebut saat ini sampai pada pemetaan kapasitas dan pembentukan tim.
Pemetaan kapasitas dan kesiapan desa mencakup pemerintah desa dan lembaga masyarakat setempat, untuk menuju tahap pembanguna #SID harus dipastikan sejak awal. Tahap ini akan menentukan apakah dalam proses berikutnya, penerapan SID akan bisa berjalan lancar atau tidak, dengan adanya kesiapan, baik dari sisi teknis penguasaan teknologi informasi maupun kebijakan desa.
Kegiatan pemetaan ini akan merujuk dari hasil workshop sosialisasi program yang telah dilakukan pada bulan Januari 2016 lalu di Kulon Progo dan di Sleman. Melalui pemetaan ini diharapkan akan tergambarkan situasi rinci dari kapasitas dan kesiapan setiap desa, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Dengan demikian, diharapkan tim fasilitator program kemudian bisa mempersiapkan pula strategi dan metode pendampingan program yang disesuaikan dengan situasi di masing-masing desa. Kapasitas dan kesiapan desa ini menjadi faktor penentu lancar tidaknya proses pembangunan dan penerapan SID ke depan.
Kegiatan hari ini (15/2) difokuskan pada Desa #Bumirejo dan #Wahyuharjo Kecamatan Lendah Kulonprogo
Assesmen Desa dan Pembentukan Tim SID
Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (SIGAB) gandeng Combine Resource Institution (CRI) untuk mewujudkan program Rintisan Desa Inklusi (RINDI) di delapan desa di Sleman dan Kulonprogo. Program Rintisan Desa Inklusi menjadi sebuah kebutuhan yang bisa dikembangkan di desanya untuk menuju terwujudnya masyarakat inklusi dan bersiap mendukung implementasi UU Desa. Salah satunya dengan penerapan Sistem Informasi Desa (SID).
“SIGAB mendorong desa untuk melalui sistem informasi, untuk itu perlu Sistem Informasi Desa. Kerja ini adalah kerja kolaboratif untuk kebaikan semuanya”, ucap M. Syafi’ie perwakilan dari SIGAB dalam pembukaan acara Assesment Desa dan Pembentukan Tim SID di Sendangadi Sleman (16/2).
“Kami menyambut baik penerapan Sistem informasi Desa untuk kebaikan Desa, dulu informasi itu sulit, sekarang sudah mudah. Dengan hadirnya ini bisa selangkah lebih maju lagi, informasi mudah didapatkan, inilah manfaat yang tidak ternilai”, terang Purwantoro Sekdes Sendangadi menguatkan pernyataan M.Syafi’ie
Program RINDI telah diawali pada akhir tahun 2015 kemarin, dan saat ini sudah sampai pada tahap assesment desa dan pembentukan tim SID. Empat hari di pertengahan Februari ini diadakan rangkaian Assesment Desa dan Pembentukan Tim SID di delapan desa di Sleman dan Kulonprogo. Kegiatan ini dihadiri sekitar dua puluh peserta perwakilan dari perangkat desa, fasilitator desa, kader desa, dan karang taruna.
Assesment dan pembentukan tim SID ini merupakan langkah awal pembentukan komitmen dari aparat desa untuk mendukung program RINDI setelah sebelumnya melalui berbagai langkah-langkah untuk membangun pemahaman dari desa bahwa Program RINDI menjadi sebuah kebutuhan yang bisa dikembangkan didesanya. Assesment yang dilakukan kali ini menganalisa profil desa, kapasitas desa, profil pembangunan di tingkat desa dan profil penanggungjawab SID.
Dody Selaku fasilitator desa Sendangadi menyebutkan bahwa prinsip SID yang partisipatif, inklusi, transparan, akuntabel dan berkelanjutan sangat sesuai dengan apa yang akan dikembangkan di desanya. Pembentukan tim SID seyogyanya merupakan kolaborasi antar stakeholder yang ada di desa. Jumlah dan komposisi tim di serahkan kepada desa sesuai dengan kesepakatan. Perlu dipastikan juga keterwakilan dari semua perwakilan perangkat desa, lembaga kemasyarakatan desa dan kelompok warga menjadi pengelola sesuai dengan perannya.
Assesment Desa Dan Pembentukan Tim SID
Rangkaian assesment desa dan pembentukan Tim SID untuk program Rintisan Desa Inklusi #RINDI kerjasama Sigab Yogyakarta dan Combine Resource Institution hari ini (17/2) dilakukan di Ngentakrejo dan Jatirejo, Lendah, Kulonprogo secara berurutan. Di masing-masing desa dihadiri sekitar dua puluh orang perwakilan dari perangkat desa, kader desa, perwakilan warga, dan kelompok diffabel desa. Acara ini difasilitatori oleh Irman Ariadi dan perwakilan dari Sigab Yogyakarta.
“Sistem Informasi Desa #SID adalah bagian besar dari #RINDI, harapannya memiliki sistem yang didalamnya ada banyak data, surat menyurat dan. Selain itu #SID juga melibatkan warga untuk menuliskan informasi dan dimasukan ke website. Ini pasti sangat bermanfaat untuk desa dan tata kelola informasi desa” ungkap M. Syafie dari Sigab Yogyakarta
“Untuk pengimplementasian Sistem Informasi Desa #SID, kami membutuhkan dukungan berupa data dan lain-lainnya, termasuk infrastruktur. Data yang dikumpulkan nantinya bukan milik program, tapi milik desa. Inklusi sudah mulai berkembang di masyarakat atas data dan informasi dari masyarakat”, ujar Rohmanu perwakilan dari Sigab Yogyakarta.
Dukungan sepenuhnya pun diberikan oleh Suprana, Kepala Desa Ngentakrejo. Tahun 2016, desa bersama BPD telah mengalokasikan anggaran untuk difabel sebesar 10 juta. Kepala Urusan Kesra Desa Jatirejo pun turut memberikan dukungan penuh terhadap program #RINDI. “Difabel adalah bagian dari urusan kesejahteraan masyarakat. Program program yang berkaitan dengan pemerintah desa kami sangat mendukung. Kami tinggal tut wuri (mengikuti)saja, jika tidak bermanfaat maka kami tidak akan mendorongnya”, kata Tukiran, Kaur Kesra Jatirejo
Sumber : Lumbung Komunitas