Mukidi adalah sebuah nama yang telah menghampiri ruang nalarku pada tahun 2013. Beliau adalah petani yang bisa meracik buah kopi menjadi minuman yang selalu diceritakan kenikmatannya oleh teman teman. siang itu tanggal 28 Desember 2014 akhirnya bisa mencicipi hasil racikannya. Model penyajian Kopi Tubruklah yang menjadi pilihan saya waktu itu. Setelah kopi disajikan mulailah mengalir obrolan tentang petani, kopi dan kemandirian petani. hal ini semakin membuka wawasan saya tentang “Salam Petani Mandiri Menata Lingkungan dan Ekonomi” (jargon Pak Mukidi dalam situs Kopi Mukidi ). Perlahan tapi pasti beliau mengkisahkan tentang kondisi pohon kopi, kebun kopi dan petani kopi hingga potensi kopi di Lereng Sindoro dan Sumbing. Mencoba meretas ruang dan waktu sekelumit ingatan yang ada dalam benak. ini mungkin adalah Agrotopoclimate yang tidak berbatas wilayah adminstrasi namun lebih berbasis kawasan sebagai unit satuan analisis wilayah. Agrotopoklimate merupakan suatu konsep pertanian yang lebih menitik beratkan kepada kajian Topografi (ketinggian wilayah) dan Climate (cuaca). Suatu kisah pembelajaran Penginderaan Jauh Untuk Vegetasi di Fakultas Geografi UGM . kondisi saat ini dalam bidang regulasi khususnya Undang undang Desa, memang tercantumkan berbasis kawasan. dengan demikian ini membuka peluang kolaborasi berbagai pihak dari perspektif keilmuan masing masing. Kaitan dengan potensi untuk kemandirian masyarakat desa pun tidak berhenti sampai pada pemilihan komoditas, tetapi bagaimakah komoditas itu bisa memenuhi pasar dan berdaya saing tinggi. daya saing ini tidak hanya berlebelkan merk semata. Kopi Lereng Sumbing dan Sindoro merupakan salah satu contoh tentang komoditas yang telah diakui oleh negara dalam balutan AEKI (asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia). Dalam interaksi sosial kawasan pedesaan, Organisasi petani adalah Kelompok Tani dan Gapoktan, terlepas dari keikutsertaan kelompok apa, dengan satu tujuan yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan, semoga bisa meningkatkan daya saing dan penetrasi pasar sehingga kemanfaatanya dapat dirasakan bersama.
Bahasa Isyarat “Inklusi”
Inklusi Tangan Kanan dipegang oleh tangan kiri, itulah bahasa isyarat “inklusi” yang diperagakan oleh Mas Joni Yulianto di Balai Desa Sendangtirto tanggal 18 Desember 2014. Beliau meminta kepada penerjemah bahasa isyarat agar mengingat hal tersebut dan mengkomunikasikannya kepada penyandang difabilitas. Beliau selaku Ketua Panitia Temu Inklusi 2014, menyebutkan tema besar “Inklusi Dari Desa: Menggalang Apresiasi, Menggagas Inovasi dan Membangun Misi” dihadapan sekitar 50 peserta yang telah hadir dari seluruh indonesia. Acara malam ini adalah acara informal yang bersifat lebih mengakrabkan dan memperkuat jejaring dipandu oleh Mas Ishak Salim. Sebelumnya pemandu acara melakukan absensi asal peserta yang dimulai dari Papua hingga Jawa Barat. Kemudian para ketua rombongan masing masing daerah mengenalkan para anggota rombongannya. Para peserta yang datang pada hari ini dan selama tiga malam mereka akan tinggal di rumah rumah penduduk Desa Sendangtirto yang telah dikoordinasikan oleh panitia. Ketua Panitia berceritera bahwasanya air disini (sendangtirto) akan terasa hangat pada jam 05.00 pagi dan terasa dingin pada jam 06.00. oleh karena beliau menyarankan agar mandi lebih pagi kepada para peserta. Tidak terasa jam pun menunjukan pukul 22.25 WIB, akhirnya beliau menutup acara pertemuan informal setelah sebelumnya dari jam 20.11 WIB menerangkan tentang gagasan dan alur kegiatan Temu Inklusi 2014. Alur kegiatan Temu Inklusi terdiri dari Seminar Nasional dan Rangkaian Workshop serta sharing, selain itu juga ada pameran, klinik disabilitas, Panggung Hiburan, Rally Budaya dan lomba ketangkasan. Sesaat sebelum penutupan acara beliau berpesan bahwa untuk informasi lebih lanjut bisa diakses melalui website : www.ti2014.solider.or.id dan akun twitter @temuinklusi. Beliau juga mengajak agar para peserta meramaian linimasa dengan menggunakan tanda pagar temu inklusi (#temuinklusi). Dan ada lomba foto twettt dengan tanda pagar foto inklusi (#fotoinklusi) Sumber : Temu Inklusi
Monitoring SID Kawasan Pesisir
Desa Tompotana dan Desa Balangdatu merupakan desa yang menerapkan Sistem Informasi Desa di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Kedua desa tersebut termasuk pada kawasan Pesisir.