Panen Padi Bulu di Banket Bayan Masi Ada Ritual

Panen Padi Bulu di Bangket Bayan Masi Ada Ritual

Karang Bajo. Sebuah Tradisi masyarakat Adat Bayan dalam melesatrikan dan mempertahankan adat dan Budaya tentang Bagaimana mengelola Sawah yang di Tanami dengan Padi Bulu ( Pare ) di Bangket Bayan dari sejak mau turun Bibit dilakukan Roah selamet Olor di Mata air, setelah tanam padi lalu berbunga dilakukan Ritual Menyemprek, mau Panen dilaksanakan Ritual Roah Bauan Pare, setelah Panen mau di Ikat dan sebelum di masukkan ke dalam Geleng atau Lumbung dilakukan Ritual Roah Borangan Pare dan setelah padi tersimpan dalam Geleng dilakukan Roah Selamet Sudah selesai Panen 09-05-16.

Kalau Acara Roah Bauan Pare ini hanya dilakukan oleh dua orang yaitu mak Kiyai dan Pembekel atau tokoh masyarakat adat, proses acara Roah bauan pare ini dilakukan disawah dimana lokasi padi sebelum dipanen, Tempat makan di satu tempat namanya sampak atau dulang yang isinya satu piring nasi, dua piring sayur, satu piring serbuk ayam dan garam secukupnya, pada acara ini makan nasi dan lauk pauk biasanya sepiring berdua. Di tempat itu biasa disediakan pengikat atau tali yang terbuat dari bambu tereng dinamakan remet intian, pengikat panjang dinamakan remet awinan, Setelah kering dijemur pengikatnya disebut remet belahan dan pengikat terakhir namanya remet tekelan.

Padi Bulu kalau masyarakat Bayan menyebutnya dengan nama pare, Padi bulu bisa di ikat tidak dimasukkan dalam karung sedangkan Padi sejenis IR, Padi serang, Pelita mas, sito gendit yang pohonnya pendek dinamakan Padi Gabah, sejeins ini tidak bisa di ikat harus dimasukkan kedalam karung, kalau di bangket Bayan dari pengolahan tanah sebelum tanam sampai proses panen baik untuk padi bulu atau Padi Gabah masi dilakukan secara alami, membajak menggunakan ternak sapi dan tidak di ijinkan masuk menggunakan traktor dan mesin prompes, pengangkutan Padi keluar dari bangket Bayan juga masi dilakukan dengan cara alami tidak memakai sepeda motor atau mobil.

Petugas yang tugasnya mengurus Air sawah dinamakan Pekasih atau inan aik, padi sebelum dibawa pulang dari sawah terlebih dahulu menyerahkan saweneh kepada pekasih, dan padi sebelum di oleh menjadi beras dan akan dimasak terlebih dahulu juga memberikan Pelemer atau gunja istilah sekarang dinamakan zakat kepada penganggo adat yang ada didalam kampu atau kepada Kiyai baik kiyai penghulu maupun kiyai lebe, untuk kebutuhan sehari hari Padi bulu yang ada didalam lumbung atau geleng di turunkan kedalam tempat yang dinamakan monjeng.

Masyarakat Adat pada dasarnya harus menyimpan padi bulu walaupun hanya sedikit sebab padi bulu akan dibawa pada acar ritual keagamaan ke dalam kampu, seperti acara roah ulan, roah sampet jumat, roah malaman, roah lebaran idul fitri, roah lebaran topat, roah lebaran haji, roah bubur petak, roah bubur abang, roah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan acara lain seperti roah selamet Turun ton turun balit atau setiap ada peristiwa kematian padi bulu juga harus ada. ( Ardes ).

sumber : Portal Desa Karang Bajo

Salam kolaborasi

Selamat datang di iariadi.web.id, landasan bagi eksplorasi multi-dimensi yang berisikan pengalaman , pengetahuan dan inspirasi sehingga menghasilkan perpaduan unik.

Blog pribadi, iariadi.web.id menyajikan tematik kepariwisataan, fotografi, teknologi informasi dan komunikasi, aspek keruangan, pergerakan komunitas, tutorial, dan layanan jasa komersial.

Dalam Blog iariadi.web.id kita akan merayakan keindahan dan keberagaman dalam berbagai bidang kompetensi, membawa kita dari kepemanduan wisata hingga pelatihan sumberdaya manusia, serta mengupas kekayaan intelektual dan MICE.

Layanan Jasa pilihan

Kabar Terbaru

  • All Post
  • Agenda
  • Fotografi
  • Layanan
  • liputan media
  • Opini
  • Pariwisata
  • Regulasi
  • Spasial
  • Tutorial
    •   Back
    • Pameran
    • Pelatihan
    • Workshop
    •   Back
    • Pinhole
    • Suryagrafi
    •   Back
    • Wisata Desa
    • Wisata Pendidikan

Kategori

Pencarian Spesifik